Senin, 05 Agustus 2019

First Experience, Gunung Tampomas


Mendaki adalah kegiatan yang sudah tidak asing lagi di dengar di telinga. Dahulu mendaki gunung adalah hal yang sangat ekstrim dan hanya dilakukan oleh orang-orang yang profesional karena resiko dari mendaki itu sendiri masih sangat besar. Sekarang mendaki gunung sudah menjadi hal yang biasa, bahkan kini gunung sudah menjadi tempat wisata yang siapapun bisa pergi kesana. Mulai dari kalangan remaja, dewasa bahkann anak-anak ada yang sudah diperbolehkan untuk mendaki dengan periapan yang cukup, walaupun masih ada beberapa gunung yang benar-benar masih asri dan beresiko sangat besar.
            Mendaki gunung seperti sangat menarik dan menantang bagi saya. Pada tahun 2017 tepatnya saat saya duduk dikelas 2 MA saya berniat untuk mendaki Gunung Tampomas bersama senior saya. Gunung Tampomas adalah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah uatara Kota Sumedang dengan ketinggian 1684 mdpl. Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Teraje). Sekitar 200 meter kearah uatara dari puncak Sangiang Teraje terdapat makam keramat yang dikenal dengan nama pesarean. Menurut kisah, tempat tersebut adalah petilasan Prabu Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan Padjajaran Lama. Selain menyaksikan keindahan kota sumedang dari ketinggian, di puncak gunung juga terdapat lubang-lubang kawah dengan dominasi bebatuan besar nan eksotis. Gunung Tampomas   dipercaya memiliki kekuatan mistis yang kuat, sudah dari dulu banyak orang yang menjadikannya sebagai tempat bertapa. Gunung Tapomas juga digunakan tempat encari ilmu oleh Prabu Siliwangi. Disana terdapat sejumlah situs yang bersejarah tentang berkuasanya kerajaan Padjajaran di Sunda.
Saya tahu untuk mendaki gunung ini pasti tidak akan diizinkan oleh orang tua, karena itu saya menyiapkan semua peralatan tanpa sepengetahuan orang tua. Bahkan biaya selama mendaki saya tanggug sendiri dengan uang tabungan. Saya hanya membawa jaket, sarung tangan dan sedkit bekal makanan. Persiapan yang sangat minim dan kurang safety dalam mendakian pertama ini tentu akan membahayakan diri sendiri.
            Pukul 6 sore seniorku menjemput kerumah dan meminta izin kepada orang tua saya untuk mendaki, sempat terkejut dan ingin melarang namun tertahan akhirnya orang tuak mengizinkan dan mendo’akan agar kami baik-baik saja selama pendakian. Kami brangkat untuk berkummpul dengan tim yang lainnya yaitu Backpacker Cirebon. Disana semuanya rata-rata sudah dewasa dan bekerja dan laki-laki, yang bersekolah hanya aku senior dan sepupu seniorku perempuan. Saya sempat takut karena kebanyakan semuanya laki—laki, tetapi kata seniorku semuannya orang baik dan akan menjaga kita selama  perjalanan mendaki.
            Pukul 9 malam kami berangkat dari Cirebon menuju sumedang menggunakan mobil, ada 4 orang yang menggunakan sepeda motor. Perjalanan menuju Sumedang yang macet membuat perjalanan ngaret sampai kurang lebih 4 jam. Kami memilih jalur Narimbang di Desa Narimbang Kecamatan Conggeang. Jalur ini terdapat mata air dan curug Ciputrawangi yang terkenal. Setelah sampai kami singgah dirumah warga setempat untuk beristirahat. Awalnya kami ingin melakukan perjalanan malam, namun menurut warga kami sebaiknya melakukan perjalanan di pagi hari.
Pada pukul 6 kami semua bersiap-siap, tidak lupa kami sarapan untuk mengisi perut sebelum mulai mendaki. Pukul 7 pagi kami berangkat dan menemui tempat wisata air panas curug Ciputrawangi yang tidak jauh dari rumah warga. Selama 2 jam perjalnanan kami sampai di pos 1 disana terdapat banyak anjing hutan yang membuat saya takut. Ternyata disana terdapat warung yang menyuguhi jajanan dan masih terdapat sumber mata air yang melimpah. Kami beristirahat sambil memakan sedikit bekal yang kami bawa.
            Setengah jam beristirahat kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, sebelumnya bapak penjaga warung itu selalu memberi peringatan pada kami untuk tetap berhati-hati selama pendakian dan hati-hati dalam ucapan dan bersikap selama pendakian gunung tampomas ini. Kami mengerti maksud bapak-bapak itu dan meminta izin untuk melanjutkan perjalanan.
            Selama perjalanan saya tak pernah merasakan lelah, karena sangat bersemangat melakukan pendakian ini dan disetiap perjalanan selalu disuguhi pemandangan indah yang tak pernah saya temuai sebelumnya. Dalam perjalanan kadang tim kami kesulitan mencari jalan karena tak ada petunjuk arah. Pos kedua tidak ada tanda apapun, sampai di pos tiga kami menemukan batu besar yang konon katanya ada cerita mistis dan tidak boleh diceritakan secara sembarangan. Setelah sampai pos empat ada papan kami beristirahat dan memakan kembali bekal yang sudah kami bawa. Setelah sampai di pos lima kami bertemu dengan pendaki lain yang juga baru naik, menuju pos lima kami menemukan jalur bebatuan yang sangat ekstrim, seperti jalan terputus yang langsung menuju jurang, bahkan untuk melewatinya kami harus saling menggandeng tangan untuk bisa mlewatinya. Perjalanan menuju pos enam kami menemukan kawah Gunung Tampomas yang kecil dan curam, namun gelap karena tertutup pohpn-pohoh  besar.
            Pukul 1 siang akhirnya kami sampai di puncak Gunung Tampomas dengan daratan yang cukup luas, kami berfoto-foto sebelum akhirnya membangun tenda dan membuat makanan.  Disana terlihat Kota Sumedang, karena lautan awan pada saat itu tidak ada. Saya bersyukur dengan perjalanan yang cukup terjal akhirnya sampai pada puncaknya.
            Kami menunggu samapi sunset atau momen matahari tenggelam, kami berfoto-foto sampai hari semakin gelap. Semakin larut udara semakin dingin, sempat terkejut karena tidak menginap untuk beristirahat karena perjalanan tadi pagi masih sangat melelahkan. Saya baru tahu kalau pendakian ini hanya pendakian tek-tok. Perjalanan untuk turun mulai dari jam 7 malam, udara yang sangat dingin membuat kesulitan bernapas, ditambah lagi kondisi gelap hanya berbekal senter kecil membuat kaki saya sering tergelincir. Perjalanan yang sangat melelahkan dan kesulitan. Saya tetap memaksakan diri untuk tetap melanjutkan perjalanan sampai akhirnya saya terjatuh karena kaki yang sangat lemas. Mengetahui saya terjatuh ketua tim memutuskan untuk beristirhaat dan memberiku minum dan sedikit madu untuk menambah tenaga. Beberapa menit kami melanjutkan perjalanan yang cukup terjal. Setelah dua jam perjalanan kami sampai di pos satu tepat pukul jam 9 malam, warung  bapak itu ternyata masih buka dan hanya ada api unggun sebagai sumber penerangan ditempat itu. Kami beristirahat cukup lama sekitar 1 jam, sambil memakan bekal makanan yang kami bawa.
            Disana kami berbincang banyak dengan bapak-bapak itu, dia bercerita tentang Gunung Tampomas, dan sedikit kejadian yang sering dialami para pendaki Gunung Tampomas. Syukurnya diantara kami tidak ada yang kenapa-kenapa ujarnya. Kami sempat terkejut, memangnya ada apa dengan Gunung Tampomas ini. Bapak itu bercerita tentang seringnya ada kematian seorang pendaki secara tidak wajar diduga karena sembarangan dalam ucapan dan bersikap, ada juga dikarenakan tersesat karena tidak adanya penunjuk jalan jalur pendakian. Gunung tampomas adalah tempat keramat dan masih benar-benar asri. Jadi apapun ucapan buruk pasti akan benar terjadi. Disitu kami menyadari dan lebih waspada, bukan hanya gunung  tampomas tetpai mendaki di gunung lainnyapun harus tetap menjaga sikap kita.
            Setelah 1 jam beristirahat kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, perjalanan masih dengan trek yang terjal membuat kaki saya semakin mati rasa, karena kurang dan sepatu yang kurang nyaman di kaki membuat kaki saya lecet parah tetapi saya selalu memaksakan diri untuk tidak beristirahat. Pukul 11 malam akhirnya kami sampai dan kembali kerumah warga yang kami singgahi sebelum berangkat. Hanya beristirahat sejenak lalu kami melanjutkan perjalanan pulang dan beristirahat di mobil. Pukul 2 pagi saya sampai dirumah dengan kondisi kaki parah dan tubuh yang terasa remuk. Kurangnya persiapan dan perlengkapan yang lengkap untuk mrndakai membuat saya sangat tersiksa. Selama dua hari saya tidak bisa berjalan. Namun tak ada rasa menyesal atau kapok untuk mendaki lagi. Saya baru sadar untuk mendaki harus menyiapkan persiapan dan perlengkapan yang lengkap, baik untuk perlengkapan yang dipakai maupun barang-barang yang harus dibawa agar tidak membuat cedera di gunung.